Forum Kajian Perang Teknologi China dengan Amerika


Baru baru ini Tiongkok meluncurkan AI versi terbaru pada tanggal 20 Januari 2025 yaitu DeepSeek R1 yang menyebabkan kekacauan pasar global. Nvidia kehilangan hampir $600 miliar (£482 miliar) dari nilai pasarnya pada hari Senin, Apple mengalami kenaikan yang moderat karena menjadi #1 di App Store Apple selama akhir pekan, dan utas X (sebelumnya Twitter) meledak dengan klaim bahwa pendatang baru AI Tiongkok itu dapat melengserkan raksasa teknologi AS. Bahkan Presiden Donald Trump pun turut memberikan komentar, menyebut DeepSeek sebagai "peringatan" bagi industri AI Amerika. Trump menekankan perlunya perusahaan teknologi AS untuk mendominasi kecerdasan buatan sekaligus mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh pesaing berbiaya rendah seperti DeepSeek. Selain itu DeepSeek juga mengangkat pertanyaan tentang upaya Washington untuk membendung dorongan Beijing untuk meraih supremasi teknologi, mengingat salah satu pembatasan utamanya adalah larangan ekspor chip canggih ke China.

 DeepSeek R1 Dilatih pada 2.000 GPU Nvidia H800, model tersebut menunjukkan solusi Tiongkok untuk mengatasi pembatasan ekspor AS. DeepSeek juga mengejutkan para investor karena biaya pengembangan aplikasi AI-nya yang rendah, yang menurut analis Wedbush Securities Dan Ives hanya $6 juta. Sebagai perbandingan, OpenAI, Google, dan perusahaan-perusahaan besar AS lainnya sedang bersiap untuk menginvestasikan total sekitar $1 triliun dalam AI selama beberapa tahun mendatang, menurut Goldman Sachs. Yang menambah drama, DeepSeek membatasi akses internasional ke platformnya tak lama setelah peluncuran. Di situsnya di China, DeepSeek menyalahkan "serangan jahat berskala besar" pada layanannya, yang mengharuskannya untuk sementara membatasi pendaftaran baru. "Pengguna yang sudah ada dapat masuk seperti biasa," kata perusahaan itu dalam posting tersebut , yang tertanggal sesaat setelah tengah malam tanggal 28 Januari waktu setempat di China.

Beberapa pakar menyuarakan kekhawatiran tentang data pribadi yang dikumpulkan DeepSeek, mengingat perusahaan tersebut menyimpan data dari pengguna — termasuk tanggal lahir, penekanan tombol, masukan teks atau audio, berkas yang diunggah, riwayat obrolan, dan data lainnya — di server yang berlokasi di Tiongkok, menurut kebijakan privasinya. 

Hal itu menggemakan beberapa masalah yang diangkat dengan TikTok, perusahaan lain dengan kepemilikan Tiongkok yang memicu kekhawatiran tentang risiko yang diduga ditimbulkan oleh hubungannya dengan Tiongkok terhadap keamanan nasional. Tahun lalu, Kongres meloloskan undang-undang  yang melarang TikTok di AS selama masih dimiliki oleh Tiongkok, meskipun hal itu sekarang berubah setelah Presiden Trump menandatangani  perintah eksekutif  yang mengarahkan Departemen Kehakiman untuk tidak memberlakukan larangan tersebut selama 75 hari.

Dengan munculnya DeepSeek sebagai pesaing kuat di pasar AI global, persaingan antara Tiongkok dan Amerika Serikat dalam merebut supremasi teknologi semakin memanas. Peluncuran DeepSeek yang menggegerkan pasar menunjukkan bahwa Tiongkok telah berhasil mengatasi berbagai pembatasan yang diberlakukan AS, serta menawarkan solusi dengan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan para pesaing besar lainnya. Namun, di balik kemajuan tersebut, tantangan besar terkait privasi data dan potensi ancaman terhadap keamanan nasional semakin menjadi perhatian global, mengingat data pengguna yang disimpan di server Tiongkok. Hal ini membuka perdebatan lebih lanjut tentang kebijakan ekspor, kontrol data, dan bagaimana negara-negara dapat melindungi kepentingan mereka di tengah arus globalisasi teknologi. Dengan ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara besar ini, masa depan industri teknologi akan sangat dipengaruhi oleh keputusan-keputusan kebijakan yang diambil oleh pemerintah, serta bagaimana perusahaan-perusahaan besar merespons ancaman dan peluang yang ada.

DeepSeek adalah nama chatbot gratis bertenaga AI, yang tampilannya, rasanya, dan cara kerjanya sangat mirip ChatGPT. Model ini kabarnya sama kuatnya dengan model o1 OpenAI yang dirilis akhir tahun lalu dalam tugas-tugas termasuk matematika dan pengkodean. Seperti o1, R1 adalah model "penalaran". Model-model ini menghasilkan respons secara bertahap, mensimulasikan proses yang mirip dengan cara manusia bernalar melalui masalah atau ide. Model ini menggunakan lebih sedikit memori daripada pesaingnya, yang pada akhirnya mengurangi biaya untuk melakukan tugas. Meskipun kompeten untuk tugas-tugas umum, ia kurang dalam bidang-bidang khusus, terutama jika dibandingkan dengan GPT-4.